Jonathan Prawira: Song of Heaven

~ Senin, Agustus 09, 2010

















Ku tak akan menyerah pada apa pun juga/sebelum kucoba semua yang kubisa/tetapi kuberserah kepada kehendakNya/hatiku percaya Tuhan punya rencana…. (Song: Ku Tak Akan Menyerah, by: Jonathan Prawira). Sebuah lagu mampu menyentuh relung hati, memunculkan sebuah pengharapan dan memberi kekuatan. Yup, itulah hebatnya sebuah musik. Makanya nggak heran kalau hidup pun terasa nggak lengkap tanpa musik.

Uji kemampuan
Pernah nggak begitu terkagum-kagum dengan sebuah lagu? Kok, bisa yah bikin lirik dan nada yang begitu indah, menyentuh, dalem, dan mengena banget di hati?? Memang, nggak semua orang diciptakan dengan bakat musik dan mencipta lagu. Nah, buat kamu yang ‘beruntung’ dikasih talenta membuat lagu, sebaiknya kamu latih, asah dan kembangkan. Sayang banget, lho, kalau cuma dipendam sementar sebetulnya kamu bisa menghasilkan lagu-lagu yang bisa memberkati banyak orang.
untuk memastikan apakah kamu punya bakat atau nggak, musisi kondang Jonathan Prawira menyarankan supaya kamu mengujinya lebih dulu. Caranya, mintalah penilaian orang lain atau bahkan penguji bakat seperti produser atau kritikus musik. Kalau ternyata hasilnya “Iya”, kamu harus mengekpresikan bakat atau kemampuan kamu itu. Jangan nggak!
Mungkin banyak dari kita menganggap menciptakan lagu adalah pekerjaan sulit. Tapi sebetulnya nggak, lho. Kata Jonathan, yang sulit justru mencari tema. “Kalau bikin lagu rohani tanpa tema, hanya ekspresi hati, itu sangat mudah. Misalnya kita lagi cinta Tuhan, tulis saja. Tapi bukan itu pointnya,” ujar pria yang hanya butuh 1 jam untuk bikin sebuah lagu ini.
Lanjut Jonathan, menulis lagu itu ibarat menghadiahkan kado untuk seseorang. Kita harus memikirkan apa yang dibutuhkan orang tersebut, jadi nggak bisa semaunya kita. Dan yang nggak kalah penting, bagaimana membuat lagu itu diterima masyarakat. Nah, buat kamu yang kepingin jadi song writer mesti memperhatikan hal ini baik-baik.
Satu lagi, jangan pernah patah arang mempublikasikan atau menawarkan hasil karyamu. Entah itu ke perusahan rekaman, stasiun radio, atau bahkan melalui internet. Terus lakukan (dengan maksimal) selama ada kesempatan. Meminjam istilah Jonathan, ketoklah semua pintu, sampai ada pintu yang dibukakan. Dan jangan lupa memperlihatkan karyamu pada orang lain, dari penilaian mereka kamu bisa mengukur kemampuan.

No pain, No gain
Ditolak banyak perusahan rekaman? Jangan langsung putus asa! Jonathan saja butuh waktu 7 tahun, lho, sebelum akhirnya lagu pertamanya diterima label. Selama tujuh tahun itu, sudah nggak kehitung berapa banyak lagu yang doski buat. “Pengalaman, kan, guru. Jadi, penolakan tersebut saya anggap sebagai ‘uang kuliah’ saya,” selorohnya.
Meski begitu, Jonathan nggak menampik kalau dirinya sempat kecewa, frustasi bahkan mempertanyakan janji Tuhan. “Saat itu saya sudah mau mundur, saya mau melupakan keinginan menjadi pencipta lagu rohani. Yah, apa yang dirasakan orang gagal, pernah saya alami,” kenang peraih berbagai penghargaan dan piala dari mencipta lagu ini.
Untungnya, keadaan itu nggak terus berlanjut. Jonathan segera mengevaluasi dan memotivasi diri. Ia pun mulai mengisi hidupnya dengan membaca Alkitab. Dari situ dia kemudian dicelikkan, ternyata Tuhan menilai diri manusia bukan dari “result”. “Hasil itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Yang penting, kita mesti setia pada Tuhan,” tegasnya. Setelah pencerahan itu, tahun 1995 untuk pertama kalinya lagu Jonathan – berjudul “Tunjukkan Dirimu”- diterima sebuah perusahaan rekaman musik rohani Krsiten Maranatha. See, no pain no gain!
Jadi, belajarlah dari pengalaman Jonathan. Jangan cepat menyerah begitu ada hambatan. Sewaktu menemukan kesulitan ingatlah kalau Tuhan sedang memproses dan membentuk kita. Setelah ditempa, kita pasti akan muncul seperti emas murni.

Intim dengan Tuhan
Membuat lagu rohani berbeda dengan lagu sekuler. Lagu rohani memiliki nilai kebenaran, yaitu Firman Tuhan. Ia juga memiliki keindahan, kuasa yang mengubahkan orang dan bermanfaat, misalnya menguatkan seseorang. Itu sebabnya butuh keintiman dan relasi yang baik antara pencipta lagu dengan Tuhan. “Seberapa baiknya hubungan kita dengan Tuhan, itulah yang menentukan kualitas karya kita,” imbuh Jonathan.
Kalau karya kita berkualitas, bisa diterima masyarakat, dan kita juga bisa membina hubungan baik dengan label, percaya, deh, kita bakalan mendapat prioritas. Nggak perlu waiting list lagi, hehehe. Ini juga yang sekarang dirasakan Jonathan sebagai buah dari kerja kerasnya. “Kalau dulu saya harus ngantri bersama para pencipta lagu lainnya, sekarang nggak perlu lagi. Puji Tuhan!” ujar Jonathan penuh rasa syukur.
Meski begitu, nggak lantas membuat Jonathan berpuas diri. Seperti kalimat bijak bilang, mempertahankan jauh lebih sulit ketimbang meraihnya. Karenanya, keberhasilan yang sudah diraih mesti terus ditingkatkan dan dipertahankan. “Mempertahankan memang nggak gampang. Namun Puji Tuhan, karena saya sudah jatuh bangun di awal karir, saya jadi tahu bagaimana pentingnya nilai maintenance. Tuhan menghendaki kita mengawalinya susah, tujuannya supaya kita bisa mempertahankannya kelak,” ungkapnya.

Piss Yo!
Sebagai pencipta lagu kamu bakal bekerja sama dengan banyak pihak. Salah satunya produser. Faktanya, banyak pencipta lagu yang ‘bentrok’ dengan produsernya. Kata Jonathan, ini sebetulnya nggak akan terjadi selama kedua belah pihak relize dengan posisi masing-masing. Contohnya, seorang pencipta lagu nggak boleh marah kalau ada lagunya yang ditolak produser. Pasalnya, seorang produser berhak memilih dan menentukan lagu-lagu mana saja yang akan dirilis.
Lagipula, antara pencipta lagu dan produser sebetulnya terjalin hubungan simbiosis mutalisme alias saling membutuhkan. “Semuanya penting, asal berfungsi di bidang masing-masing,” imbuh Jonathan. So, damai-damai sajalah! Hehehe…. Soal penghasilan, profesi satu ini cukup menjanjikan (malah boleh dibilang menggiurkan), selama kita tekun dan fokus. Berminat?? Tunggu apa lagi??? Segera ambil kertas, dan tuangkan karya-karyamu! (retz)

0 komentar:

Posting Komentar

TWITTER