Jesus For Sale? part.4
Selasa, Agustus 10, 2010
Label:
ISSUE
~
Get Killed For Jesus
Sementara ada orang-orang yang begitu mudahnya meninggalkan Yesus demi uang, cinta, atau kekuasaan, di bagian lain tertulis kisah mereka-mereka yang rela mati demi mempertahankan iman pada Yesus. Mereka yang sering disebut-sebut sebagai martir-martir Kristus. Ini satu kisahnya!
Nagasaki, Jepang
Pada masa kepenguasaan Toyotomi Hideyoshi, yang lebih dikenal dengan nama Taikosama, terjadi peristiwa penyaliban yang dramatis. Taikosima adalah seorang penguasa Jepang yang tinggal di benteng Osaka. Dia memerintahkan prajuritnya untuk menangkap dan menghukum mati 26 orang Jepang yang diketahuinya kerap mewartakan injil Kristus pada orang-orang Jepang.
Ke 26 martir itu di antaranya adalah St. Fransiskus, seorang tukang kayu, St. Cosmas Takeya, seorang pembuat pedang dari Owari, St. Petrus Sukejiro, seorang pemuda dari Kyoto, St. Mikael Kozaki (46th), seorang pembuat busur berasall dari Ise, St. Yakobus Kisai (64th), seorang Serikat Yesus Awam, St. Paulus Miki (30th), putera seorang perwira berasal dari Tsunokuni, St. Yohanes dari Goto (19th), St Louis Ibaraki (12th), yang termuda dari para martir, St. Tomas Kozaki (14th), Yohanes Kinuya (28th), seorang penenun dari Kyoto, dan St. Paulus Suzuki (49th), seorang katekis terbaik yang membantu OFM, berasal dari Owari. Mereka disalibkan di sebuah bukit bernama Bukit Nishizaka, sekarang lebih dikenal dengan sebutan Bukit Kudus atau Bukit Para Martir.
Menjelang hukuman mati, mereka digiring berjalan menuju bukit didampingi oleh dua orang Imam Yesuit, Rm. Pasio dan Rm. Rodriguez. Wajah para martir terlihat letih. Tangan mereka terikat erat, kaki mereka, yang bersusah payah berjalan di atas timbunan salju, meninggalkan tetesan-tetesan darah di sepanjang jalan. Daun telinga kiri mereka telah dipotong sebulan sebelum mereka meninggalkan Kyoto. Badan mereka memar dan penuh luka karena sepanjang perjalanan mereka disiksa. Ini supaya mereka menjadi contoh pelajaran bagi warga lainnya. Suatu Jalan Salib yang amat berat dan panjang.
Ketika rombongan martir tiba di atas bukit, 26 kayu salib sudah siap menanti. Panjangnya rata-rata lebih dari 2 meter. salah satu matir, segera mendekati salib dan berkata ,”Inikah untukku?”. Lalu satu persatu, para martir diikatkan pada kayu salib. Nggak ada paku, Kaki dan tangan serta leher mereka dibelenggu pada tiang salib dengan gelang besi. Sebuah tali diikatkan melingkar pada pinggang supaya mereka terikat erat pada salib.
Saat giliran Paulus Miki, ternyata tubuhnya terlalu pendek sehingga seorang algojo harus mengingkatnya dengan lilitan kain lenan. Ketika algojo menginjak-injak tubuhnya untuk mempererat lilitan kain, seorang misionaris nggak bisa menahan diri. “Biarkan ia melakukan tugasnya, Romo,” kata Paulus Miki. “Percayalah, tidak terlalu sakit.”
Ketika semua martir sudah terikat pada kayu salib, ke-26 salib tersebut secara serempak diberdirikan dan dengan sebuah hentakan keras salib-salib tersebut ditancapkan ke tanah. Para martir merasakan sakit yang amat hebat di sekujur tubuh mereka akibat hentakan itu. Lalu para martir bersatu dalam suatu paduan suara puji-pujian dimana doa, harapan, iman dan kemenangan yang telah menanti bercampur menjadi satu.
Alasan hukuman mati bagi para martir ditancapkan pada ujung sebuah tombak. Bunyinya: “Karena orang-orang ini berasal dari Filipina dengan menyamar sebagai duta besar dan tinggal di Miyako, menyebarkan agama Kristen, yang selama bertahun-tahun ini saya larang dengan keras, saya sampai pada keputusan untuk menghukum mati mereka, bersama dengan orang-orang Jepang yang telah menerima agama tersebut.”
Namun pada kenyataannya, mereka bukanlah dari Filipin, tapi orang Jepang asli. Mereka tak melakukan kejahatan apapun. Satu-satunya alasan kenapa mereka dijatuhi hukuman mati adalah karena mereka telah mewartakan ajaran Tuhan Yesus Kristus.
Pelaksanaan hukuman mati pun dimulai. Empat algojo segera bersiap-siap. Tombak mereka yang menyerupai pedang, tersembunyi dibalik sarung pedang mereka. Setelah mengambil posisi, para algojo membuka sarung pedangnya. Dengan tikaman di dada, jiwa-jiwa para martir dihantar ke Sorga.
Their Againts The World
Mereka rela dipancung, dipenggal, dilempari batu, dibakar hidup-hidup, demi mempertahankan iman pada Yesus. KD berani tarunah, andaikan mereka masih hidup, meski ditawarin rumah gedong di kawasan elite, berkilo-kilo gram emas, jabatan sebagai CEO, or whatever you name it, mereka nggak bakal tergiur untuk menukarkan Yesus dengan itu semua. We must learn from their brave and faith!
Stefanus
Orang kedua (setelah Yesus) yang menderita dan mati bagi gereja adalah Stefanus, yang namanya berarti "mahkota" (Kisah Para Rasul 6-8 ). Ia dilempari batu sampai mati karena memberitakan Yesus. Kemartiran Stefanus terjadi 8 tahun setelah penyaliban Yesus.
Paulus
Setelah dipenjarakan di Roma pada tahun 61 M, Rasul Paulus kembali ditangkap dan dimasukkan ke penjara atas perintah Nero. Di sinilah dia menuliskan surat kedua pada Timotius yang merupakan surat terakhirnya. Nggak lama sesudahnya, ia diputuskan bersalah karena melakukan kejahatan melawan Kaisar dan dihukum mati. Ia dibawa ke tiang eksekusi dan dipancung. Hal itu terjadi pada tahun 66 M, tepat empat tahun sebelum Yerusalem jatuh.
Ignatius ( 67-110 M )
Seorang martir dengan ucapannya yang terkenal, “Sekarang saya mulai menjadi murid. Saya tidak memedulikan hal-hal yang kelihatan atau tak kelihatan supaya saya bisa memenangkan Kristus. Biarlah api dan salib, biarlah kumpulan binatang buas, biarlah retaknya tulang, dan tercabiknya kaki tangan, biarlah kertakan seluruh tubuh, dan semua kebencian si Jahat, turun ke atas saya; hanya jika itu terjadi, saya bisa memenangkan Kristus Yesus.” Ia dijatuhi hukuman dengan dijadikan mangsa singa
Polykarpus ( 69-156 M )
Seorang murid dari Rasul Yohanes dan pemimpin Gereja Smirna. Dalam penganiayaan yang diperintahkan oleh Kaisar Roma, ia ditangkap dan dibawa ke hadapan Gubernur. Di sana ketika ditawarkan kebebasan apabila ia bersedia mengutuk Kristus, ia menjawab: "Delapan puluh enam tahun aku telah melayani Kristus dan Dia tidak pernah melakukan suatu kejahatan kepadaku, bagaimana mungkin bagiku untuk mengutuk Dia, yang adalah Tuhan dan Juruselamatku?". Polykarpus menemui ajalnya dibakar hidup-hidup.
Jhon Huss (1415)
Menjadi martir demi menegakkan kebenaran Injil. Dia dijatuhi hukuman mati dengan cara dibakar hidup-hidup. Ketika dia diikat dengan rantai menjelang hukuman matinya, dia berucap, “Tuhanku Yesus Kristus diikat dengan rantai yang lebih kuat daripada ini demi aku, jadi mengapa aku harus malu dibelenggu dengan rantai yang berkarat ini?"
0 komentar:
Posting Komentar