Jesus For Sale? part.3

~ Selasa, Agustus 10, 2010

Pentingnya Ketahanan Iman

Menurut Dosen Psikologi Universitas Pelita Harapan Felix Lengkong, M.A., Ph.D., ketahanan iman seseorang sangat bergantung pada perkembangan penghayatan iman itu sendiri. Dalam teori Lawrence Kohlberg (1927-1987), perkembangan penghayatan iman itu sendiri dapat diterangkan sesuai konteks perkembangan psikis.

Tahap pertama dalam teori Kohlberg, penghayatan iman atau perilaku iman berjalan searah dengan perilaku seorang anak. Pada tahap ini perkembangan perilaku moral kita adalah ketaatan untuk menghindari hukuman. Biasanya, perilaku tersebut tampak pada masa kanak-kanak. Itulah sebabnya ada disebut “iman seorang anak.”

Bagian dari tahap ini adalah iman yang berpusat pada kepentingan dan keuntungan diri sendiri. “Orang pada tahap ini adalah orang mudah meninggalkan keyakinannya demi suatu keuntungan material. Orang meninggalkan agamanya guna mengikuti agama calon pasangannya (kekasih). Orang meninggalkan Yesus agar mendapatkan keuntungan politik,” jelas Felix.

Jika ditanya faktor apa yang mendukung ketahanan iman seseorang? jawabannya adalah perkembangan penghayatan iman itu sendiri. Menurut Felix, Penghayatan iman itu harus berkembang searah dengan perkembangan penghayatan moral. Semakin maju tahap perkembangan moral seseorang maka semakin kuat imannya. Orang yang telah mencapai tahap tertinggi dalam perkembangan moral, biasanya akan kuat dengan keyakinannya.

Tentang “Jesus For Sale” Felix mengajak kita mencermati fakta yang belakangan ini terjadi. Sekarang ini ada banyak pemuka umat seperti pendeta atau pastor melakukan kebangunan rohani dengan judul menarik tentang Yesus, namun dengan bayaran atau kolekte yang besar pula. “Nah, apakah itu berarti Yesus diperjualbelikan atau Yesus disebarluaskan? Bagiamana dengan Mel Gibson dengan film The Passion of The Christ yang meraup keuntungan finansial yang sangat besar, hanya dengan bermodalkan “Darah” dan “salib” Yesus. Apakah itu menjual kesengsaraan Yesus atau memperdalam iman terhadap Yesus?,” ujarnya.

Lanjut Felix, betapa banyak dalam praktik kekristenan dimana Yesus ‘dimanfaatkan’ untuk kepentingan pribadi. Contohnya, berapa banyak sekolah Kristen dan Katolik yang menawarkan pendidikan dengan cap “kristiani” dengan menarik bayaran yang sangat tinggi? Ehm, kalau dipikir-pikir ada benarnya juga, tuh? (retz)


Pengalaman mereka...

Riska Ramali

GBI Generasi Baru, Yogyakarta

“Aku pernah menjauh dari Yesus pas aku jalan sama pacarku yang nggak seiman. Sejak awal keluargaku nggak setuju, tapi aku nekad. Aku makin jauh dari Tuhan dan keluarga. Untunglah ada teman yang nyadarin aku, dan ngajak aku doa bareng. Akhirnya aku mutusin pacarku. Awalnya berat, tapi Tuhan terus tolong melalui sahabat dan keluargaku.”

Abigail A.M. Gitayana

SMAN 14 Bekasi

Sekalipun dulu hidup gue bermasalah karena suka keluar malem, merokok dan hal lainnya yang sering dilakukan anak sekarang, tapi nggak pernah terlintas dalam kepala gue untuk ninggalin or nuker Yesus dengan apapun. Buat gue, dengan memiliki Yesus kita pasti punya semuanya.

Bertha

Atma Jaya Yogyakarta

“Saya pernah pacaran sama kakak kelas, tapi nggak konfirmasi sama Tuhan dulu. Nggak happy ending’! Dari pengalaman itu saya belajar, ketika kita ambil keputusan yang terburu-buru dan tanpa konfirmasi Tuhan, saat itu juga kita sudah nyeleweng. Malah bisa dibilang, sudahngejual” Tuhan demi keinginan kita. Itu juga nunjukin kalau kita nggak nempatin Tuhan di urutan yang pertama..”

Olan Marada

UPI YAI, Jakarta

Waktu aku SMA aku punya kebiasaan nongkrong sama teman. Suatu kali, pas hari minggu ada teman yang ngajakin hang out. Karena di tempat aku mau hang out itu ada gebetan yang lagi aku incer, aku pun lebih milih ajakan teman ketimbang gereja. Tapi aku segera sadar, kalau tindakanku sama saja sudah ‘menukar” Yesus hanya untuk kesenangan daging. Akhirnya aku pulang dan langsung berdoa minta ampun. Nggak lagi-lagi, deh!”

Glenn Daniel

Unika Atma Jaya Jakarta

“Gw pernah ambil jalan diluar jalan Tuhan, dengan menikmati semua hal yang dunia tawarkan, seperti drugs, minuman keras, dan sex. Secara nggak sadar, gw udah ngejual Yesus cuma buat kesenangan semata. Itu berlangsung selama 4 tahun. Tapi setelah gw ikut satu persekutuan doa di sekolah, itu pertama kalinya gw ngerasain kasih Kristus dan ngerasa freedom. Sejak saat itu dan sampai sekarang, gue bertekad nggak akan ninggalin Yesus lagi untuk apapun.”

Christian Fernando Sipayung

Universitas Tanjung Pura Pontianak

“Waktu itu aku pacaran sama orang yang beda agama. Demi jalan sama dia, aku sering ninggalin aktivitasku di gereja. Saat malam Natal, bertepatan dengan ulang tahunku, dia janji mau mampir ke rumah. Bukannya ibadah ke gereja aku malah milih untuk nunggu dia. Eh, ternyata dia nggak datang. Dari situ aku sadar dan nyesel banget. Ternyata aku sudah salah besar ‘menukar’ Yesus hanya demi seorang perempuan.”


0 komentar:

Posting Komentar

TWITTER