Jesus For Sale? part.2
Selasa, Agustus 10, 2010
Label:
ISSUE
~
Pdt. Nala Widya Hanya Sebatas Agama?
Iman pada Kristus bisa tergadaikan hanya karena cinta atau materi. Fakta ini bukan sekedar isapan jempol, melainkan realitas yang bisa dialami oleh siapa saja bahkan yang ngakunya aktif pelayanan sekalipun.
Menurut Youth Pastor Elshaddai Creative Community Nala Widya, hal itu disebabkan karena Yesus hanya dianggap sebagai agama saja. Hanya sebatas formalitas. Hasilnya, mereka yang mengaku orang Kristen bisa dengan gampang meninggalkan Yesus hanya demi kenginan daging.
Ini bisa juga merupakan salah satu tanda-tanda akhir zaman, dimana banyak orang percaya yang murtad. Hati nurani mereka sudah tumpul dan nggak mau lagi dengerin suara Roh Kudus. And of course, ini akan berpengaruh pada sikap dan keputusan-keputusan hidup yang diambil. Salah satunya, yah, keputusan untuk meninggalkan Yesus ataukah tetap setia.
Karena itu, kata kak Nala, peran gerjea dan keluarga sangatlah penting. Dua lembaga ini harus menanamkan pondasi yang kuat bagi generasi mudanya. Selain itu, sebagai orang percaya, kita harus mengalami Tuhan Yesus itu sendiri (bukan kata orang). Sehingga, iman kita pun nggak gampang goyah karena berakar dengan kuat.
“Memang ada konsekuensi dalam mengikut Yesus. Seperti yang tertulis dalam firman Tuhan, kita harus mau memikul salib ketika ikut Yesus. Termasuk siap di aniaya baik dari lingkungan maupun orang sekitarnya,”ungkap Kak Nala. Tapi, ingat Kak Nala, kesudahan semua itu adalah kebahagiaan dan kehidupan yang kekal bersama Tuhan kelak.
Jadi, kekristenan itu bicara soal mengalami Yesus dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan Alkitab sebagai buku kehidupan, bukan sekedar buku agama. Kalau nggak? Percaya, deh, kehidupan kita bisa kacau! “Alami Tuhan tiap hari, rasakan nikmat dan indahnya berjalan bersamaNya,” pesan Kak Nala. (n@tbet)
Pdt. Max Valerio Hidup Bukan Sekedar Materi
Kalau kata Pendeta Pdt. Max Valerio, orang bisa dengan mudahnya menjual iman karena yang ada di pikirannya hanyalah kedagingan. “Kalau hidup kita lebih banyak disetir oleh kedagingan dan bukannya Roh Kudus, maka semua yang kita pikirkan pun akan berorientasi pada hal-hal yang sifatnya kedagingan. Kita memang masih hidup dalam dunia dan butuh uang, tapi nggak semestinya Yesus dijual hanya untuk memuaskan hawa nafsu,” tegas Pdt. Max.
Hal itu terjadi bisa juga dikarenakan cara pandang yang salah terhadap kekristenan. Kata Pdt. Max, banyak orang Kristen yang berpikir kalau ikut Yesus pasti bakal hidup selalu senang, kaya raya, nggak pernah susah, dsb. Pandangan seperti ini jelas keliru! Nah, kalau pengertian tentang ikut Yesus sudah salah dari awal, maka cara memandang hidup juga jadi ikutan salah.
Ironisnya, nih, yang membuat umat punya cara padang salah seperti itu, yah, hamba Tuhannya sendiri. Lho, kok bisa? Menurut Pdt. Max, sekarang ini kebanyakan hamba Tuhan hobi berkotbah tentang berkat dan hidup berkelimpahan jika ikut Yesus. Gereja seolah menjadi jalan pintas bagi setiap permasalahan duniawi. “Jarang sekali hamba-hamba Tuhan menekankan bahwa ikut Yesus itu harus bayar harga dan rela menderita bagi Tuhan. Jadi, ketika diperhadapkan pada situasi dimana dia harus menjual imannya demi memuaskan hawa nafsu dan kepentingan pribadi, dia akan mudah goyah,” ungkap hamba Tuhan yang melayani di Glow English Service ini.
Padahal, lanjut Pdt. max, sebagai pengikut Yesus sejatinya iman kita akan diuji. Bahkan kita akan mengalami yang namanya penindasan juga aniaya. Tapi sebagai anak-anak Tuhan, kita nggak boleh kuatir atau takut. Contohlah Daniel, Ester, dan Yusuf. Di tengah situasi sulit, mereka tetap setia dan berani menunjukkan imannya pada Tuhan. “Sebagai anak-anak Tuhan, jangan takut akan masa depan. Serahkanlah segala kekuatiranmu pada Tuhan sebab Dialah yang memelihara kamu,” kata pendeta yang juga berprofesi sebagai penyanyi rohani dan sudah menelurkan satu album ini.
Last, jangan berkompromi dengan dosa. Jangan penah menjual Yesus untuk apapun. “Ingat, hidup ini bukan hanya sekedar materi dan hal-hal duniawi. Hidup adalah kesempatan yang Tuhan berikan untuk memuliakan Dia. Lakukanlah itu!” pesan Pdt. Max diakhir obrolan. (DAV)
0 komentar:
Posting Komentar